Pengaruh Kabut Asap Terhadap Penderita Gangguan Pernafasan

Pekanbaru, Suarahulubalang - Pakar kesehatan paru-paru, Dr. Indra Yovi Sp. P(K), telah mengungkapkan keprihatinannya terkait dengan kualitas udara yang tidak sehat di Provinsi Riau, khususnya di Kota Pekanbaru. Menurutnya, kondisi ini disebabkan oleh polusi udara yang dihasilkan oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang terjadi di Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Dr. Indra, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia cabang Riau, menyatakan bahwa tindakan perlu segera diambil untuk mengatasi situasi ini.
Ia mengingatkan bahwa orang-orang yang berisiko atau menderita gangguan pernafasan, seperti penderita TBC, asma, dan kanker paru, akan langsung terpengaruh oleh kualitas udara yang buruk. Kondisi ini dapat menurunkan daya tahan sistem pernafasan mereka.
Selain itu, anak-anak juga termasuk kelompok yang sangat rentan terhadap Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), yang merupakan efek jangka pendek dari polusi udara.
Dr. Indra juga menjelaskan bahwa dampak jangka panjang dari polusi udara sangat tergantung pada tingkat keparahan polusi tersebut. Secara umum, tingkat polusi dapat diukur dari jarak pandang. Semakin pendek jarak pandang, semakin berbahaya tingkat polusi.
Jika jarak pandang kurang dari 100 meter, itu berarti bahwa polusi udara berada dalam kategori hitam. Oleh karena itu, dalam kondisi udara yang tidak sehat, semua orang yang ingin keluar dari rumah harus menggunakan masker, terutama kelompok rentan seperti penderita gangguan pernafasan dan anak-anak.
Baca juga: Cuaca dan Kualitas Udara Buruk, Beberapa Sekolah di Pekanbaru Imbau Siswa Gunakan Masker
Dr. Indra menekankan bahwa masker medis biasa sudah cukup, tidak perlu menggunakan masker N95.
Sementara itu, berdasarkan hasil pemantauan ASMC (program kolaborasi regional antara Layanan Meteorologi Nasional negara-negara anggota ASEAN), asap terdeteksi dalam tingkat moderat hingga pekat di beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan selama beberapa hari.
Pada hari Ahad, polusi udara semakin pekat di Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan, meskipun tidak terjadi asap lintas batas.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengungkapkan bahwa berdasarkan data BMKG yang didasarkan pada pemantauan satelit Himawari, asap terdeteksi di beberapa wilayah di Sumatera dan Kalimantan.
Arah angin di Indonesia umumnya dari tenggara ke barat laut-timur laut. Meskipun demikian, tidak ada deteksi adanya asap lintas batas.
Menteri Siti juga mencatat bahwa berbagai catatan dan masukan dari berbagai pihak perlu diperhatikan dalam mengatasi situasi ini.
Saat ini, tim pemadam kebakaran darat bekerja keras di Sumsel, Kalteng, Kalsel, serta beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan, termasuk sebagian di Jawa. Upaya pemadaman darat dan water bombing telah dilakukan, dan teknik modifikasi cuaca juga sudah mulai diterapkan sejak beberapa waktu lalu.
Komentar Via Facebook :